Keabadian akan diraih ketika seseorang sanggup keluar dari kurungan “kemarin” dan “besok” lalu masuk dalam kesadaran dan penghayatan secara optimal kedalam momentum “sekarang” (now) dan “disini” (here). Orang selalu berfikir tentang masa lalu sehingga mengabaikan hari ini, ataupun tenggelam membayangkan hal-hal yang belum terjadi di masa depan sehingga peluang hari ini sirna, berarti dia telah lari meninggalkan ruang keabadian, yaitu momentum “now and here”. Mungkin disitu terletak rahasia ajaran Rasulullah yang mengatakan bahwa semua tindakan akan sia-sia jika tidak dilandasi dengan niat tulus dan benar. Dengan niat tulus adan benar, seseorang diajak melepaskan jeratan kemarin dan bayang-bayang hari esok, lalu dengan sepenuh hati, pikiran dan tindakan masuk ke dalam sebuah aktivitas yang tertuju pada Tuhan, yang keberadaan-Nya tidak terikat ruang dan waktu.
Ketika kita bisa masuk ke dalam momentum yang tidak terikat oleh ruang dan waktu, melainkan merasa menyatu dengan Yang Absolut, disitulah kesadaran kita mulai terbuka untuk memahami dan menghayati makna keabadian. Dengan begitu, keabadian berkaitan dengan kekhusyukan menjalani setiap pekerjaan, sampai seseorang memasuki zona Tuhan yang Mahaabadi. Contoh sederhana yang banyak dialami setiap orang adalah ketika masa kanak-kanak asyik bermain sampai lupa waktu. Atau dua remaja yang tengah berdekatan oleh ikatan cinta. Saat itu kesadaran akan ruang dan waktu seakan hilang, lalu masuk ke dalam ruang keabadian yang penuh dengan kebahagiaan batin. Continue Reading